Kamis, 15 Mei 2014

#ngimpi3 part 3

Mengejar  Beasiswa . . .

Hoammpp...akhirnya baru kebuka lagi ini blog, tiba-tiba keinget mau melanjutkan cerita dari #ngimpi3 part 2 sebelumnya.
Setelah sebelumnya, aku cerita tentang pengalaman interview lewat skype dengan pengelola erasmus mundus, sekarang aku cerita kelanjutan kisah yang aku alami beberapa bulan setelahnya.  Kali ini Tuhan memang benar-benar menguji endurance aku, kali ini aku sudah menggenggam yang namanya LoA (letter of acceptance) dari sebuah universitas di UK, namanya Newcastle University. Aku diterima di jurusan yang namanya Master of Research (Diabetes), sekarang tugas selanjutnya adalah mencari peruntungan lembaga donor mana yang mau menerima aku untuk berangkat dan membiayai kuliah aku di Inggris, secara Inggris adalah salah satu negara yang biaya hidupnya tertinggi di dunia setelah Australia dan USA sehingga tidak mungkin aku nekat berangkat ke sana tanpa bekal lembaga donor beasiswa yang bisa meng-cover biaya hidup aku disana. 

Aku coba apply di program LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan), ini websitenya gan kalau mau coba apply disini http://www.lpdp.depkeu.go.id/ lembaga donor ini ga kalah yahudnya dengan beasiswa DIKTI atau beasiswa luar lainnya karena besaran beasiswanya lumayan besar untuk sekelas aku.
Yak inilah janji Tuhan . . ., aku dipanggil wawancara sebagai salah satu tahap berikutnya setelah seleksi administratif. Kali ini aku sudah lumayan percaya diri karena aku yakin, ini akan berjalan mudah. Namun ga disangka setelah tiba disana, aku agak kaget karena setelah di-brifing ternyata untuk calon penerima beasiswa untuk studi di luar negeri akan diwawancarai dengan bahasa inggris. Hadehhhh. . .nyaliku menciut lagi, sumpah kenapa harus bertemu lagi dengan wawancara berbahasa Inggris. Apa boleh buat, tiba saatnya pas aku dipanggil dan aku dipersilahkan duduk saat itu, ada 4 exkternal panel yang akan mewawancarai aku. Awal-awalnya mereka nanya berbahasa Indonesia menanyakan tentang background, pengalaman, dan motivasi kuliah di UK. Alhamdulillah, mereka begitu impresif, namun setelah itu mereka minta aku berbicara bahasa inggris dan mulailah kecengokan akuuuuu..mati lah.

#lessonlearn : persiapkan proses wawancara sebaik mungkin, jika kita apply beasiswa untuk studi di luar negeri dan walaupun lembaga donornya lokal. Siapkan untuk wawancara berbahasa inggris brooo. . .
Dan finally, di akhir wawancara co-panelis nya menyampaikan sebagai penutup interview, “kami sebenarnya tidak meragukan kualitas kamu dan kamu layak mendapatkan beasiswa, tapi kami tidak bisa memaksa LPDP untuk merubah persyaratan TOEFL nya”.  Gleekk..saat itu, perasaanku bercampur pasrah, kecewa dengan diri sendiri, tapi ada sedikit kelegaan karena interview sudah berakhir.
Sebulan kemudian pengumuman list yang diterima di-publish, seperti biasanya aku membacanya tanpa beban hanya pasrah karena memang betul, namaku tidak terdaftar dalam surat itu. Ada hikmah yang sangat berharga untukku yang bisa kuambil, “belajar memantaskan diri”, yak itulah . . . bagaimana bisa pantas kuliah ke luar negeri dengan beasiswa tapi kemampuan kita memang sebatas ini.

#lessonlearn : menjadi pengejar mimpi itu memang sebuah keharusan, tapi harus tetap realistis. Itu pesan tersirat yang ingin disampaikan Tuhan untukku.
Eitss . . . Tapi jangan berprasangka buruk dulu dengan Tuhan, karena Ia maha tau apa yang sebenarnya yang lebih baik dari yang kita inginkan. Kita lanjutkan cerita skenario Tuhan berikutnya yaa . Insya Allah ga akan menyesal mengikuti cerita ini, dan akan bisa dijadikan hikmah dalam sebuah proses panjang mengejar mimpi kalian.

#janganlupauntukselalubermimpi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar